
Penasaran mengapa kemudi mobil di Indonesia letaknya di kanan, tidak seperti mayoritas negara lain yang berada di kiri? Jawabannya tidak sesederhana kebiasaan, melainkan berakar pada sejarah panjang dan jejak pengaruh kolonial yang kuat. Sistem berkendara di Indonesia, dengan setir di kanan dan lalu lintas di jalur kiri, adalah warisan dari masa penjajahan Belanda dan Jepang, dua negara yang pada masanya menganut sistem serupa.
Saat Belanda dan kemudian Jepang menduduki Indonesia, mereka menerapkan sistem berkendara yang mereka gunakan di negara asal. Kedua negara ini, pada awalnya, mengadopsi sistem lalu lintas kiri dengan posisi setir di kanan. Sistem inilah yang kemudian diwariskan dan terus dipertahankan di Indonesia hingga saat ini. Ini menjelaskan mengapa infrastruktur jalan dan desain kendaraan di Indonesia mengikuti standar tersebut, meskipun negara-negara bekas penjajah kita memiliki dinamika yang berbeda sekarang.
Untuk memahami mengapa Belanda dan Jepang pada awalnya menggunakan setir kanan, kita perlu menengok jauh ke belakang, ke zaman kuda dan kereta kuda. Pada masa itu, sebagian besar individu mengandalkan tangan kanan mereka, yang merupakan tangan dominan, untuk memegang persenjataan. Demi keamanan dan kesiapan menghadapi ancaman dari arah berlawanan, mereka memilih berkendara di sisi kiri jalan. Dengan cara ini, tangan kanan mereka bebas dan siap untuk menggunakan senjata jika diperlukan.
Baca Juga: Kenapa Setir Mobil Mengelupas? Ini Penyebab Umum dan Cara Mengatasinya
Secara alami, posisi pengemudi diletakkan di sisi kanan kendaraan. Hal ini memungkinkan pengemudi untuk memantau sisi jalan dengan lebih baik, terutama saat berpapasan dengan kendaraan lain atau saat navigasi di jalur yang sempit. Posisi ini juga memberikan pandangan yang lebih jelas terhadap bahu jalan, membantu pengemudi menghindari rintangan atau kecelakaan.
Namun, ada ironi menarik dalam sejarah ini. Pada tahun 1906, Belanda justru mengubah haluan secara drastis. Mereka mengikuti jejak sebagian besar negara di Eropa Daratan, yang kala itu sangat dipengaruhi oleh Napoleon Bonaparte dari Perancis. Napoleon, yang kekuasaannya meluas hingga menguasai banyak wilayah Eropa, termasuk Belanda, menerapkan sistem berkendara di jalur kanan dengan posisi setir di kiri.
Perubahan ini bukan sekadar preferensi, melainkan cerminan dari kekuatan politik dan militer Napoleon. Setelah Perancis menduduki wilayah-wilayah tersebut, mereka memaksakan sistem berkendara ini sebagai bagian dari upaya standardisasi dan kontrol. Begitu mendalamnya dampak ini, bahkan setelah dominasi Perancis mereda, skema lalu lintas di sisi kanan jalan dengan kemudi di kiri tetap kokoh dipertahankan di Belanda serta berbagai belahan Eropa.
Baca Juga: Setir Bermasalah? Ini 6 Tanda Peringatan Dini yang Harus Anda Perhatikan!
Inilah yang membuat situasi menjadi unik: meskipun Indonesia dijajah oleh Belanda, Belanda sendiri saat ini menggunakan sistem berkendara yang berbeda secara fundamental. Sementara itu, Indonesia tetap setia pada sistem setir kanan dan lalu lintas kiri, yang merupakan warisan dari periode awal penjajahan mereka.
Jadi, posisi setir di suatu negara bukanlah sekadar masalah kebiasaan atau preferensi semata. Lebih dari itu, ia adalah jejak sejarah yang nyata dan cerminan pengaruh politik di masa lalu. Keputusan yang dibuat berabad-abad lalu, seringkali dipicu oleh kebutuhan militer atau dominasi politik, terus membentuk cara kita berkendara di jalanan saat ini.
Memahami akar sejarah ini membantu kita menghargai bagaimana masa lalu terus membentuk realitas kita sekarang. Dari medan perang kuda hingga jalan raya modern, setiap aspek kehidupan kita memiliki cerita di baliknya, termasuk mengapa setir mobil di Indonesia berada di kanan, dan mengapa kita melaju di jalur kiri jalan. Hal ini menunjukkan betapa intertwined-nya sejarah, politik, dan kebiasaan sehari-hari dalam membentuk identitas suatu bangsa.
Agya |
|
| Agya G 1.2 MT | IDR 196.900.000 |
| Agya G 1.2 AT | IDR 213.500.000 |
| Agya GR 1.2 MT | IDR 252.600.000 |
| Agya GR 1.2 AT | IDR 269.800.000 |
Alphard |
|
| ALPHARD 2.5 G A/T | IDR 1.792.200.000 |
| ALPHARD HV 2.5 G A/T | IDR 1.879.000.000 |
Avanza |
|
| Avanza 1.3 E MT | IDR 258.300.000 |
| Avanza 1.3 E AT | IDR 273.800.000 |
| Avanza 1.5 G MT | IDR 284.200.000 |
| Avanza 1.5 G AT | IDR 299.500.000 |
Calya |
|
| Calya 1.2 E MT Std | IDR 180.100.000 |
| Calya 1.2 E MT | IDR 183.500.000 |
| Calya 1.2 G MT | IDR 192.300.000 |
| Calya 1.2 G AT | IDR 207.000.000 |
Corrolla Cross Hybrid |
|
| Corolla Cross 1.8 Hybrid A/T | IDR 633.500.000 |
| Corolla Cross 1.8 Hybrid A/T GRS | IDR 675.200.000 |
Fortuner |
|
| Fortuner 2.8 VRZ GR TSS 4X2 | IDR 715.500.000 |
| Fortuner 2.8 VRZ GR TSS 4X2 Premium Color | IDR 718.600.000 |
| Fortuner 2.8 VRZ GR TSS 4X2 Premium Color 2 Tone | IDR 720.600.000 |
| Fortuner 2.8 VRZ 4X4 | IDR 799.500.000 |
| Fortuner 2.8 VRZ GR Sport TSS 4X4 | IDR 818.900.000 |
Hiace Commuter |
|
| Hiace Commuter DSL MT | IDR 605.600.000 |
Hiace Premio |
|
| Hiace Premio | IDR 710.300.000 |
Hilux Double Cabin |
|
| Hilux D Cab 2.4 E 4X4 MT | IDR 493.600.000 |
| Hilux D Cab 2.4 G 4X4 MT | IDR 521.500.000 |
| Hilux D Cab 2.4 V 4X4 AT | IDR 575.600.000 |
Innova Zenix Hybrid |
|
| Innova Zenix G CVT | IDR 461.200.000 |
| Innova Zenix V CVT | IDR 509.200.000 |
| Innova Zenix G Hybrid CVT | IDR 500.500.000 |
| Innova Zenix V Hybrid CVT | IDR 576.200.000 |
| Innova Zenix Q Hybrid CVT | IDR 656.300.000 |
Land Cruiser |
|
| Land Cruiser VX-R 4X4 | IDR 2.746.700.000 |
| Land Cruiser GR-S 4X4 | IDR 2.848.100.000 |
Mobil Ambulan |
|
| Ambulan Rangga | IDR 164.835.000 |
| Ambulan Hiace Commuter | IDR 66.600.000 |
| Ambulan Hiace Premio | IDR 66.600.000 |
Raize |
|
| Raize 1.2 G (One Tone) AT | IDR 271.400.000 |
| Raize 1.0 Turbo G (One Tone) MT | IDR 276.500.000 |
| Raize 1.0 Turbo G (One Tone) AT | IDR 292.000.000 |
| Raize 1.0 Turbo GR-S (One Tone) AT | IDR 306.900.000 |
| Raize 1.0 Turbo GR-S TSS (Two Tone) AT | IDR 332.700.000 |
Rangga Pickup |
|
| Rangga Cab Chassis PU 2.0 STD | IDR 204.200.000 |
| Rangga Cab Chassis MB 2.0 STD | IDR 204.000.000 |
| Rangga Pick Up 2.0 STD 1 WAY | IDR 209.400.000 |
| Rangga Pick Up HIGH | IDR 233.000.000 |
| Rangga Cab Chassis PU 2.4 DSL STD | IDR 261.500.000 |
| Rangga Cab Chassis MB 2.4 DSL STD | IDR 261.400.000 |
| Rangga Pick Up 2.4 DSL STD 1 WAY | IDR 266.400.000 |
| Cab Chassis PU MB 2.4 DSL HIGH AT | IDR 317.200.000 |
| Rangga Pick Up 2.4 DSL HIGH MT | IDR 302.500.000 |
| Rangga Pick Up 2.4 DSL HIGH AT | IDR 323.700.000 |
Rush |
|
| Rush G 1.5 MT | IDR 307.900.000 |
| Rush G 1.5 AT | IDR 319.100.000 |
| Rush GR MT | IDR 325.500.000 |
| Rush GR AT | IDR 336.500.000 |
Supra |
|
| Toyota Supra 3.0L A/T | IDR 2.376.800.000 |
Toyota GR 86 |
|
| GR86 2.4 MT | IDR 1.096.100.000 |
| GR86 2.4 AT | IDR 1.134.600.000 |
Toyota Innova Reborn 2.4 |
|
| Innova Reborn 2.4 G MT | IDR 445.600.000 |
| Innova Reborn 2.4 G AT | IDR 461.300.000 |
Toyota Veloz Semarang |
|
| Veloz 1.5 MT | IDR 314.800.000 |
| Veloz 1.5 AT | IDR 331.300.000 |
| Veloz 1.5 Q AT | IDR 340.800.000 |
| Veloz 1.5 Q TSS AT | IDR 364.800.000 |
Vellfire |
|
| Vellfire 2.5 VIP Hybrid | IDR 2.023.600.000 |
Voxy |
|
| Voxy 2.0 AT | IDR 659.800.000 |
Yaris Cross GR Hybrid |
|
| Yaris Cross G MT | IDR 378.600.000 |
| Yaris Cross G AT | IDR 392.700.000 |
| Yaris Cross S TSS AT | IDR 438.600.000 |
| Yaris Cross S TSS GR AT | IDR 448.200.000 |
| Yaris Cross S HV TSS AT 1Tone | IDR 461.300.000 |
| Yaris Cross S HV TSS AT 2 Tone | IDR 465.200.000 |
| Yaris Cross S HV TSS GR AT 1 Tone | IDR 470.900.000 |
| Yaris Cross S HV TSS GR AT 2 Tone | IDR 474.800.000 |
Tidak ada komentar