Semarang Gemerlap dalam Balutan “Perisai Nusantara”: Polisi Siagakan Lalu Lintas di Karnaval Malam Spektakuler

Sorot lampu kota Semarang bersiap membelah malam dalam gelaran Semarang Night Carnaval 2025. Aparat kepolisian sigap menata alur kendaraan di arteri-arteri utama, mengantisipasi luapan antusiasme warga dan wisatawan yang ingin menyaksikan pesta rakyat ini.

Peringatan hari jadi ke-478 Kota Semarang tahun ini dimeriahkan dengan sebuah perayaan kostum yang tak lazim, sebuah kanvas budaya daerah yang membentang dari titik nol kilometer di pelataran Kantor Pos (pusat niaga Johar) hingga singgasana pemerintahan di Balai Kota Semarang. Sebuah parade visual yang menjanjikan keunikan di setiap langkahnya.

Demi kelancaran gelombang kemeriahan Semarang Night Carnaval dan menjaga ketertiban jalanan, ratusan personel dari Dinas Perhubungan (Dishub) dan Satuan Lalu Lintas (Satlantas) diposisikan strategis di sepanjang jalur defile.

Tabir acara akan tersibak pada pukul empat sore. “Rekayasa lalu lintas akan segera diimplementasikan dengan mengalihkan arus kendaraan di jalan-jalan protokoler,” terang Kepala Dishub, Danang Kurniawan. Lebih lanjut ia menjelaskan, “Sepanjang koridor Paragon hingga Lawang Sewu akan steril dari lalu lalang kendaraan, dan arus transportasi dialihkan ke jalur-jalur alternatif yang telah dipersiapkan matang.”

Tak hanya itu, beberapa ruas jalan vital lainnya juga akan mengalami penutupan sementara, meliputi Simpang Lima yang ikonik, Jalan Imam Bonjol yang ramai, simpang Kolonel Sugiono, simpang Agus Salim, simpang Letjen Suprapto, simpang Sendowo, hingga Jalan Ki Nartosabdo.

“Bagi khalayak Semarang yang berkeinginan kuat untuk menjadi saksi kemeriahan Semarang Night Carnaval, area parkir khusus telah disiapkan untuk roda dua maupun roda empat. Langkah ini diambil guna memastikan tidak ada kendaraan yang menghalangi jalannya parade,” imbuh Danang Kurniawan dengan harapan akan kesadaran masyarakat.

Mengusung tema sentral “Perisai Nusantara” untuk edisi karnaval yang ke-13 ini, suguhan utama terletak pada kostum-kostum atraktif yang merefleksikan mozaik kebudayaan Indonesia dalam bingkai persatuan. Inspirasi filosofis dipetik dari simbol-simbol luhur bangsa: Garuda Pancasila, pesona Burung Cenderawasih, keindahan Burung Merak, keharuman Bunga Anggrek, dan kemeriahan Penjor.

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Semarang, Wing Wiyarso, mengungkapkan bahwa pemilihan tema ini bukan sekadar mengagungkan filosofi lambang negara maupun kebanggaan warisan budaya. “Tema ini sekaligus menjadi cerminan Kota Semarang, sebuah miniatur Indonesia yang dinamis, di mana tradisi dan modernitas berjalan beriringan,” tuturnya penuh makna.

Semarak parade karnaval semakin kaya dengan hadirnya kolaborasi apik dari berbagai penjuru Nusantara, termasuk kontingen dari Semarang sendiri, Jakarta yang metropolitan, Surabaya yang gagah, Solo yang berbudaya, Kediri yang bersejarah, Grobogan yang agraris, hingga Jember yang bersemangat.